Komunikasi Interpersonal / Antar Pribadi

A. Definisi Komunikasi
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi secara berbeda-beda. Definisi yang pertama berdasarkan komponen. Definisi ini menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamannya-dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok orang kecil dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Yang kedua berdasarkan hubungan diadik (relational dyadic). Dalam definisi ini komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Contohnya adalah komunikasi antara anak dan ayah. Dalam konteks ini hampir tidak mungkin adanya komunikasi dua orang yang bukan komunikasi antar pribadi. Adakalanya definisi ini diperluas sehingga mencakup juga sekelompok kecil orang.

Dan yang ketiga definisi berdasarkan Pengembangan (Developmental). Dalam definisi ini komunikasi antar pribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi tak pribadi (impersonal) pada suatu ekstrim menjadi komunikasi pribadi intim pada ekstrim lainnya.

B. Bentuk komunikasi antar pribadi
Mmenerima pesan yang terdistorsi oleh ganguan (noice), terjadi dalam suatu konteks tertentu mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan Komunikasi mengcu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan untuk melakukan umpan balik.

Dalam kaitan ini maka dapat digambarkan bentuk komunikasi pribadi antar manusia (lihat gambar).



Keterangan:
1. Lingkungan Komunikasi
Lingkungan (konteks) memiliki tiga dimensi : fisik, social-psikologis, dan temporal. Dimensi fisik merupakan ruang atau bangsal atau taman dimana komunikasi tersebut berlangsung disebut konteksatau lingkungan fisik- artinya lingkungan nyata atau berwujud.

Dimensi social psikologis meliputi tata hubungan status diantara mereka yang terlibat, peran dan permainan yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat diman mereka berkomunikasi.

Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, situasi serius atau senda gurau. Dimensi temporal mencakup waktu dalam sehari maupun waktu dalam hitungan sejarah dimana komunikasi belangsung. Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi, masing- masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain.

2. Sumber- Penerima
Istilah sumber- penerima adalah sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima ( atau pendengar ).

3. Encoding dan Decoding
Enkoding adalah tindakan menghasilkan pesan dalam bentuk verbal dan non verbal. Sedangkan decoding adalah tindakan menerima pesan dalam bentuk mendengarkan ataupun membaca.

4. Kompetensi komunikasi
Kompetensi merupakan kemampuan berkomunikasi secara evektif. Kompetensi mencakup pengetahuan peran lingkungan (konteks) dan mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan kominikasi Misalnya pengetahuan dalam satu topic mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu tapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan lain.

5. Pesan dan saluran
Pesan berupa verbal dan non verbal. Saluran adalah media yang digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan pesan. Biasannya dalam berkomunikasi digunakan dua atau tiga saluran yang berbeda. Contohnya dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual) sering kali kita juga saling menyentuh (saluran taktil).

6. Umpan Balik dan Umpan Maju
Umpan balik merupakan informasi yang dikirimkan balik kesumbernya. Umpan balik dapat berasal dari diri anda atau diri sendiri atau diri orang lain. Umpan maju adalah informasi tentang pesan yang akan disampaikan. Contohnya pernyataan seperti mungkin saya keliru dalam hal ini tetapi saya ingin anda mengetahui secara persis apa yang terjadi.

7. Gangguan
Gangguan adalah suatu bentuk distorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirim pesan. Beberapa cara untuk menaggulangi gangguan antara lain menggunakan bahasa yang akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan non verbal, meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirim umpan balik.





C. Tujuan berkomunikasi
Ada banyak hal yang melatarbelakangi tindak komunikasi. Namun, dalam kaitan ini Devito hanya mengelompokan tujuan berkomunikasi menjadi empat. Keempat tujuan ini merupakan tujauan utama berikut adalah rinciannya (Dvito: 30-33):


a. Untuk Menemukan
Hal ini menyangkut penemuan diri (personal discovery). Bila kita berkomunikasi dengan orang lain, maka secara tidak langsung kita belajar mengenai diri sendiri dan juga orang lain. Cara lain kita melakuna penemuan diri adalah melalui Proses Perbandingan Sosial, melalui perbandingan presasi, kemampuan, sikap, pendapat, nilai, kegagalan, kita dengan orang lain. Artinya kita mengevaluasi diri kita sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan diri kita dengan orang lain.


b. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Semakin intens kita berkomunikasi dengan orang tertentu maka hubungan yang dibangun akan semakin erat.


c. Untuk Meyakinkan
Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan adalah upaya kita untuk meyakinkan maupun mengubah perilaku. Contohnya dalam media massa terdapat iklan yang bertujuan untuk mengajak orang untuk membeli produk yang diiklankan . Ketika orang tertarik dengan iklan tersebut dan membeli prodak tersebut, maka terjadi perubahan perilaku orang tersebut.


d. Untuk Bermain
Banyak perilaku komunikasi yang kita lakukan untuk bermain dan menghibur (DeVito, 1997:31-32). Fungsi tujuan komunikasi untuk bermain adalah agar kita dapat menghibur diri kita.


D. Komunikasi Efektif
Dvito mengelompokan evektifitas komunikasi menjadi tiga pendekatan yaitu dari sudut pandang humanistic, sudut pandang pragmatis, sudut pandang sosial dan sudut pandang kesetaraan. Dalam tulisan ini hanya dibahas evektifitas komunikasi dari sudut pandang humanistic. Berikut penjelasannya.


Humanistic disebut juga ancangan lunak. Ancangn ini ada lima hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan terhadap orang yang diajak berinteraksi. Adanya kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Keterbukaan sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang evektif.


Keterbukaan setidaknya mengacu pada tiga aspek. Aspek pertama komunikator harus terbuka kepada orang yang di ajaknya berbicara. Contohnya adalah membuka diri tentang riwayat hidupnya.
Aspek kedua adalah mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Kita bereaksi secara spontan menanggapi stimulus yang datang dari lawan bicara.
Aspek yang ke tiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Keterbukaan dalam kaitan ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah milik anda dan anda memang dan bertanggung jawab atasnya. Lawan dari keterbukaan adalah sikap dogmatis.


b. Empati (empathy)
Seperti dikutip oleh Dvito, Hendrik Back (1976) mendefenisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut pandang tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui orang lain itu.


Sebagai tambahan empati didefinisikan secara beragam oleh para pakar. Freud mendefinisikan bahwa empti dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita.; sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menganggap orang lain mengalami atau sikap mengalami emosi.


Definisi lain adalah membandingkan empati dengan simpati. Simpati adalah kita menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi oran glain, kita secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain ( Jalaludin Rahmat : 132).


c. Dukungan (suportivenes)
Komunikasi interpersonal yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dalam membina sebuah hubungan yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung. Sebuah konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jacak Gibb.


Ada tiga cara untuk menunjukan sikap dukungan yakni:
- Deskriptif bukan evaluatif
Deskripsi berarti penyampaian perasaan dan persepsi kita tanpa menilai. Berbeda dengan evaluatif yang memberikan penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam orang lain.
- Spontan bukan strategic
Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasannya bereaksi dengan cara yang sama yakni terusterang dan terbuka. Spontanitas berarti sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif-motif terpendam.
- Provorsional, bukan sangat yakin
Bersikap proporsional artinya bersikap tentative dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.


d. Kepositifan (positiveness)
Mengkomunikasikan sikap positif antar pribadi setidaknya ada dua cara yaitu dengan menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang menjadi teman kita berinteraksi.


e. Kesamaan/kesetaraan (equality)
Komunikasi antar pribadi akan lebih evektif apabila suasanannya setara. Artinya harus ada pengkuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.


Daftar referensi
Devito A. Joseph, 1997 Komunikasi Antar Manusia-Kuliah Dasar Edisi ke Lima – Professional Books: Jakarta
Rahkhmat, Jalaluddin, 2008 Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda : Bandung


1 comments:

Lola mengatakan...

ijin copas yah.. ^___^