Ketupat

Lebaran datang lagi. Hari lebaran bagi umat muslim adalah hari yang sakral. Hari kemenangan yang penuh bahagia, penuh sukacita, dan rasa haru karena bisa berkumpul sekaligus saling memaafkan dengan keluarga dan kerabat. Apalagi sambil diselingi dengan tradisi makan ketupat bersama.
Makanan yang satu ini memang tak pernah dilewatkan ketika lebaran tiba. Bentuknya yang khas berbuat dari beras, terbungkus dari janur atau daun kelapa yang terdiri dari tiga anyaman dihidangkan memberikan kesan yang sangat khas ketika di padukan dengan opor ayam.
Sulit di pastikan kapan ketupat menjadi ikon lebaran. Hampir seluruh kios kecil hingga toko sekelas mall memajang ketupat sebagai hiasan lebaran. Tak sampai disitu saja instansi pemerintah, kantor kedutaan hingga kantor-kantor swasta juga ikut memajang ketupat sebagai hiasan lebaran.
Di balik rasa ketupat yang gurih dan nikmat itu ternyata memiliki makna tertentu. Tiga anyaman janur pembungkus ketupat mengandung filosofi bahwa umat Islam minimal harus melakukan tiga hal yakni Sahadat, Shalat, dan Puasa. Di lihat sekilas ini memang hal yang sangat mendasar. Namun kalau direnungkan secara seksama ini filosofi yang padat memakna dan wajib hukumnya bagi umat muslim. Kalu ini di Jalani dan di maknai dengan keikhlasan hati maka pintu kemenangan yang sebenarnya akan terbuka lebar.
Selain filosofi indah itu ketupat memiliki sisi keduniawian yang tak bisa di hindari dari kehidupan kita sekarang ini. Ketupat juga melambangkan makanan yang nikmat. Makanan nikmat identik dengan pesta. Mereka yang belum memahami maknanya dengan benar akan terjebak dalam semangat pesta yang akan membawa mereka menjauhi rasa sakralnya hari lebaran.
Kalau sudah terjebak dalam kondisi seperti itu jangan heran kalau anak-anak ikut-ikutan meminta THR dan minta di belikan barang-bangang yang serba baru yang harganya jauh di atas kemampuan ekonomi sang orang tua.

Tak ada salahnya memang merayakan seperti itu. Apalagi momen ini datangnya hanya satu kali dalam satu tahun. Namun perlu di ingat lebaran adalah hari kemenangan manusia atas hawa nafsu duniawi. Semangat kemenangan inilah yang seharusnya di tonjolkan dan ditanamkan pada pibadi dan keluarga kita. Bukan semangat pesta duniawi yang penuh dengan kemewahan.
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1929 penulis mohon maaf lahir dan batin.”

0 comments: